Senin, 17 Oktober 2016

LANDASAN PROFESI PENDIDIKAN

TUGAS LANDASAN PROFESI PENDIDIKAN
PERAN GURU SEBAGAI INTELEKTUAL
 DAN SENIMAN



DI SUSUN OLEH :
1.     Maya Astika S.                      (13141089)
2.     Joko Nopi T.                          (13141086)
3.     Desita Dewi W.                        (13141093)
4.     Bima Hindiarso                       (13141115)


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
IKIP PGRI MADIUN



KATA PENGANTAR

            Kami panjatkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah yang berjudul “PERAN GURU SEBAGAI INTELEKTUAL DAN SENIMAN  ini dapat terselsesaikan dengan baik .
Kami menyampaikan banyak terimakasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam pelaksanaan percobaan ini. Ucapan terimakasih ditunjukkan kepada :
1.      Drs. Ibnu Mahmudi, M.Pd. selaku Dosen Profesi Pendidikan kami yang telah memberikan saran dalam menentukan dan menyelesaikan  makalah ini.
2.      Orang tua kami yang telah memberikan dukungan moral , motivasi,dan dukungan sarana dan prasarana agar dapat terselesainya laporan makalah  ini dengan baik.
3.      Teman-teman  yang tidak dapat sebutkan satu per satu yang telah memberikan dorongan dan bantuan selama pembuatan  dan kebersamaan yang indah.
Kami menyadari bahwa dalam pembuatan makalah  ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu kami selaku penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah  ini. Jika ada kesalahan dalam makalah , kami mengucapkan maaf yang sebesar-besarnya dan semoga dijadikan maklum.



 Madiun,5 Nopember 2015


Penulis



DAFTAR ISI

Halaman Judul..............................................................................................          i
Kata Pengantar .............................................................................................          ii
Daftar Isi ......................................................................................................          iii
BAB I........ PENDAHULUAN .....................................................................         
A. . Latar Belakang Masalah .....................................................          1
B. .. Perumusan Masalah ...........................................................          2
C. .. Tujuan ...............................................................................           2
BAB II....... PEMBAHASAN ........................................................................         
A. . Pengertian Intelektual..........................................................          3
B. .. Faktor-faktor yang mempengaruhi Intelektual seseorang....         5
C. .. Pengertian Guru Sebagai Seniman.......................................         7
D... Faktor-faktor Peran Guru Sebagai Seniman........................          11

BAB III ..... PENUTUP .................................................................................         
A. . Simpulan ............................................................................          13

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................         14












BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah
            Pembahasan mengenai guru selalu menarik, karena ia adalah kunci pendidikan. Artinya, jika guru sukses, maka kemungkinan besar murid-muridnya akan sukses. Guru adalah figur inspirator dan motivator murid dalam mengukir masa depannya. Jika guru mampu menjadi sumber inspirasi dan motivasi bagi anak didiknya, maka hal itu akan menjadi kekuatan anak didik dalam mengejar cita-cita besarnya di masa depan.
            Dalam hal ini, guru adalah aktor utama di samping orang tua dan elemen lainnya kesuksesan pendidikan yang dicanangkan. Tanpa keterlibatan aktif guru, pendidikan kosong dari materi, esensi, dan substansi. Secanggih apapun sebuah kurikulum, visi misi, dan kekuatan financial, sepanjang gurunya pasif dan stagnan, maka kualitas lembaga pendidikan akan merosot tajam. Sebaliknya, selemah dan sejelek apa pun sebuah kurikulum, visi misi,dan kekuatan financial, jika gurunya inovatif, progresif, dan produktif, maka kualitas lembaga pendidikan akan maju pesat. Lebih-lebih jika sistem yang baik ditunjang dengan kualitas guru yang inovatif, maka kualitas lembaga pendidikan semakin dahsyat.
            Guru memiliki peranan, tugas dan tanggungjawab terhadap peserta didiknya. Peran guru tidak akan bisa digantikan sekalipun dengan mesin canggih. Karena tugas guru menyangkut pembinaan sifat mental manusia yang menyangkut aspek-aspek yang bersifat manusiawi yang unik dalam arti berbeda satu dengan yang lainnya
            Proses belajar mengajar di sekolah bersifat sangat kompleks, karena di dalamnya terdapat aspek pedagogis, psikologis, dan didaktis. Aspek pedagogis merujuk pada kenyataan bahwa belajar mengajar di sekolah terutama di sekolah dasar berlangsung dalam lingkungan pendidikan dimana guru harus mendampingi siswa dalam perkembangannya menuju kedewasaan, melalui proses belajar mengajar di dalam kelas. Aspek psikologis merujuk pada kenyataan bahwa siswa yang belajar di sekolah memiliki kondisi fisik dan psikologis yang berbeda-beda. Selain itu, aspek psikologis merujuk pada kenyataan bahwa proses belajar itu sendiri sangat bervariasi, misainya: ada belajar materi yang mengandung aspek hafalan, ada belajar keterampilan motorik, ada belajar konsep, ada belajar sikap dan seterusnya. Adanya kemajemukan ini menyebabkan cara siswa belajar harus berbeda-beda pula, sesuai dengan jenis belajar yang sedang berlangsung. Aspek didaktis merujuk pada. pengaturan belajar siswa oleh tenaga. pengajar. Dalam hal inipun, ada. berbagai prosedur didaktis. Berbagai cara mengelompokkan, dan beraneka macam media pengajaran. Guru harus menentukan metode yang paling efektif untuk proses belajar mengajar tertentu sesuai dengan tujuan instruksional. yang harus dicapai. Demikian pula dengan kondisi eksternal belajar yang harus diciptakan oleh pengajar, sangat bervariasi.
            Dilihat dari sisi ini, terlihat betapa pentingnya kedudukan guru dalam proses belajar mengajar. Prestasi anak didik dipengaruhi oleh banyak faktor, namun yang paling menentukan adalah faktor guru (Acc Suryadi, Hartilaar, 1993).
            Dalam hal ini guru sangat berperan dalam menentukan cara yang dianggap efektif untuk membelajarkan siswa, baik di sekolah maupun di luar jam sekolah, misalnya dengan memberikan pekerjaan rumah. Ketidak pedulian guru terhadap pembelajaran siswa akan membawa kernerosotan bagi perkembangan siswa. Guru yang sering memberikan latihan-latihan dalam rangka pemahaman materi akan menghasilkan siswa yang lebih baik bila dibandingkan dengan guru yang hanya sekedar menjelaskan dan tidak memberi tindak lanjut secara kontinu. Dengan kata lain, prestasi belajar siswa sangat ditentukan oleh cara mengajar guru yang akan menciptakan kebiasaan belajar pada. siswa. Cara atau kebiasaan belajar banyak diartikan sebagai bentuk belajar atau tipe belajar. Esensi istilah tersebut adalah suatu perbuatan belajar, yaitu tingkah laku individu-individu pada proses belajar. Kebiasaan merupakan suatu cara bertindak yang telah dikuasai yang bersifat tahan uji (persistent) (Witherington, 1986, hal. 13). Kebiasaan biasanya tejadi tanpa disertai kesadaran pada pihak yang memiliki kebiasaan itu

B.     Rumusan Masalah
     Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis merumuskan masalah mengenai kajian pancasila dari berbagai sudut pandang yaitu bagaimana peranan guru sebagai Intelektual dan Seniman ...?

C.     Tujuan
     Adapun tujuan penulisan makalah ini yaitu untuk mengetahui bagaimana peranan guru sebagai seorang intelektual dan Seniman.




BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Intelektual
     Istilah intelek menurut Chaplin (1981) berasal dari kata intelek (bahasa inggris) yang berarti: ”Proses kognitif berfikir, daya menghubungkan serta kemampuan menilai dan mempertimbangkan dan kemampuan mental atau intelegensi” (Soeparwoto,2005:81).
     Menurut Wiliam Stem, Intelegensi adalah kesanggupan untuk menyesuaikan diri kepada kebutuhan baru, dengan menggunakan alat-alat berfikir yang sesuai dengan tujuan (Purwanto, 2003:52)
     Wechler merumuskan intelegensi sebagai keseluruhan kemempuan individu untuk berfikir dan bertindak secara terarah serta kemampuan mengelola dan menguasai lingkungan secara efektif (suharto & hartono,1991: 100)
     Menurut Robbins (2001 : 46) kemampuan intelektual adalah kemampuan mental,sedangkan Tilaar (2002 : 338), kemampuan intelektual guru adalah berbagai perangkat pengetahuan yang ada dalam diri individu yang diperlukan untuk menunjang berbagai aspek kinerja sebagai guru.
     Berkaitan dengan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa kemampuan intelektual adalah kapasitas umum dari kesadaran individu untuk berfikir, menyesuaikan diri, memecahkan masalah yang dihadapi secara bijaksana, cepat dan tepat baik yang dialami diri sendiri maupun dilingkungan.
     Rubbins (2001 : 46) ,menyebutkan dimensi yang membentuk kemampuan intelektual ini terdiri dari 7 dimensi yaitu :
1.      Kelahiran berhitung adalah kemampuan untuk berhitung dengan cepat dan tepat.
2.      Pemahaman verbal adalah kemampuan memahami apa yang dibaca atau didengar serta hubungan kata satu dengan yang lainnya.
3.      Kecepatan konseptual adalah kemampuan mengenali kemiripan dan beda visual dengan cepat dan tepat
4.      Penalaran Induktif adalah kemampuan mengenali suatu urutan logis dalam suatu masalah dan kemudian memecahkan masalah itu.
5.      Penalaran deduktif adalah kemampuan menggunakan logika dan menilai implikasi dari suatu argument
6.      Visualisai ruang adalah kemampuan membayangkan bagaimana suatu obyek akan tampakseandainya posisinya dalam ruang diubah
7.      Ingatan (memori) adalah kemampuan mendalam dan mengenang kemabali pengalaman masa lalu.
     Seorang guru merupakan profesi intektual,menurut purwanto (2003:54) suatu perbuatan dapat dianggap intelijen bila memenuhi beberapa syarat diantara lain:
1.      Masalah yang dihadapi banyak sedikitnya merupakan masalah yang baru bagi yang bersangkutan
2.      Perbuatan intelijen sifatnya serasi dan ekonomis
3.      Masalah yang dihadapi harus mengandung suatu tingkat kesulitan bagi yang bersangkutan
4.       Keterangan pemecahan harus dapat diterima oleh masyarakat
5.       Dalam berbuat intelijen sering kali menggunakan daya mengabstraksi
6.       Merupakan intelijen bercirikan kecepatan
7.       Membutuhkan pemusatan perhatian
Menurut Suparno (2003:75), sikap yang dikembangkan oleh seorang yang intelektual:
1.      Terus belajar
2.       Berfikir rasional
3.      Mengembangkan angn-angan
4.       Aktif mencari
5.       Berani bertindak dan bertanggung jawab
6.       Sikap reflektif
7.       Pembela kebenaran dan keadilan
Guru sebagai seorang intelektual juga harus mengembangkan sikap tersebut antara lain:
1.      Terus belajar, yaitu seorang guru harus terus belajar, terus mengembangkan bidang keahliannya, karena pengetahuan selalu berkembang. guru yang tidak mengembangkan pengetahuannya akan cenderung kolot dan otoriter dalam mengajar seakan-akan dialah yang benar dan tidak memberikan ruang pada siswanya untuk berfikir secara alternative.
2.      Berfikir rasional, kritis dan bebas yaitu guru diharapkan dapat mengembangkan pemikiran yang rasional, kritis dan bebas. Rasional artinya guru dapat mengembangkan pemikiran yang berdasarkan emosi atau asal menang. Dia dapat berdiskusi, secara terbuka dengan siswa atau guru lain, tanpa takut kalah ataupun direndahkan. Berfikir kritis artinya seorang guru dalam mendalami, menghadapi sesuatu hal tidak hanya asal menerima saja, tetapi harus bertanya apakah hal itu benar demikian, atau ada yang tidak benar atau masih dapat dikembangkan dan bebas artinya guru bebas untuk berfikir dan mengembangkan pikirannya. Dengan mengembangkan kebebasan berfikir diharapkan guru dapat lebih kreatif dan mengembangkan inovsi baru dalam proses pendidikan.
3.      Mengembangkan angan-angan (cita-cita), kadang-kadang guru yang tidak kreatif dalam proses pembelajaran karena mereka tidak punya angan-angan tentang pembelajaran yang baik dan ideal. Pikirannya selalu tertutup, kurang dibiarkan lepas bebas bahkan mungkin untuk memikirkan yang aneh.
4.      Aktif mencari,kreatif dan inisiatif artinya,seorang guru dalam mengembangkan pembelajaran harus selalu mencari yang terbaik bagi siswa yang diajarkan. Disinilah guru dituntut punyaa inisiatif kreatifitas dan keaktifan mencari,melihat,dan mengambil tindakan apa yang paling pas untuk siswa dikelasnya.
5.      Berani bertindak dan bertanggung jawab,artinya guru bukan seorang yang asal menjalankan perintah atau aturan,tetapi seorang yang melihat situasinya dan bertindak sesuai dengan situasi yang ada.
6.      Sikap reflektif artinya sikap untuk selalu bertanya dan melihat kembali apa yang telah diperbuat dan akan diperbuatnya
7.      Membela kebenaran yaitu seoarang guru dapat menjadi tongak kebenaran,menjadi pembela kebenaran.Dia dapat menjadi suara hati masyarakat,dimana dapat melihat itu baik atau tidak,benar atau tidak,adil atau tidak dan melanggar suara hati atau tidakDari uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa dalam penelitian ini kemampuan dasar yang dimiliki oleh seseorang dan digunakan untuk memecahkan permasalahan baik yang dialami diri sendiri maupun dilingkungan . sehingga dengan berfikir secara rasional ini seorang guru akan mampu untyuk bertindak secara terarah dan menghadapi lingkungannya secara efektif.

B.     Faktor-faktor yang mempengaruhi Intelektual Seseorang.
     Faktor-faktor yang mempengaruhi intelektual menurut purwanto (2003 : 57) faktor-faktor yang mempengaruhi intelektual seseorang :
1.      Pembawaan
          Banyak teori dan hasil penelitian menyatakan bahwa kapasitas intelegensi dipengaruhi oleh gen orang tua. Namun, yang cenderung mempengaruhi tinggi atau rendahnya tingkat kecerdasan anak tergantung factor gen mana (ayah atau ibu) yang dominant mempengaruhinya pada saat terjadinya “konsepsi” individu.
          Pembawaan ditentukan oleh sifat-sifat dan cirri-ciri yang dibawa sejak lahir . batas-batas kesanggupan kita yakni dapat tidaknya memecahkan suatu soal pertama-pertama ditentukan oleh pembawaan kita. Orang itu ada yang pintar dan ada yang bodoh. Meskipun menerima latihan dan pelajaran yang sama, perbedaan–perbedaan itu masih tetap ada.
          Teori konvergensi mengemukakan bahwa anak yang lahir telah mempunyai potensi bawaan, tetapi potensi tersebut tidak dapat berkembang dengan baik tanpa mendapat pendidikan dan latihan atau sentuhan dari lingkungan.
2.      Kematangan
          Tiap organ dalam tubuh manusia mengalami pertumbuhan dan perkembangan ,tiap organ (fisik maupun psikis) dapat dilakukan telah matang jika ia telah mencapai kesanggupan menjalankan fungsinya masing-masing. Kematangan berhubungan erat dengan umur.
          Piaget membuat empat tahapan kematangan dalam perkembangan intelektual, yaitu :
a.       Periode sensori motorik (0-2 tahun)
b.      Periode pra operasional (2-7 tahun)
c.       Periode operasional konkrit (7-11 tahun)
d.      Periode operasional formal (11-16 tahun)      
Hal tersebut membuktikan bahwa semakin bertambah usia seseorang, intelektualnya makin berfungsi dengan sempurna. Ini berarti factor kematangan mempengaruhi struktur intelektual, sehingga menimbulkan perubahan-perubahan kualitatif dari fungsi intelektual. Yaitu kemampuan menganalisis (memecahkan suatu permasalahan yang rumit) dengan baik.
3.      Pembentukan
          Pembentukan adalah segala keadaan diluar diri seseorang yang mempengaruhi perkembangan intelegensi. Dapat kita bedakan pembentukan sengaja (seperti yang dilakukan sekolah-sekolah) dan pembentukan tidak sengaja (pengaruh alam sekitar).
          Pendidikan dan latihan yang bersifat kognitif dapat memberikan sumbangan terhadap fungsi intelektual seseorang. Misalnya, orang tua yang menyediakan fasilitas sarana seperti bahan bacaan majalah anak-anak dan sarana bermain yang memadai, semua ini dapat membentuk anak menjadi meningkatkan fungsi dan kualitas pikirannya, pada gilirannya situasi ini akan meningkatkan perkembangan intelegensi anak dibanding anak seusianya.
4.      Minat
          Minat adalah mengarahkan perbuatan kepada suatu tujuan dan merupakan dorongan bagi perbuatan itu apa yang menarik minat seseorang untuk menjadi guru mendorongnya untuk berbuat lebih giat dan lebih baik.
5.      Kebebasan Psikologis
          Kebebasan adalah bahwa manusia itu dapat memilih metode-metode yang tertentu dalam memecahkan masalah-masalah.
          Kebebasan psikologis perlu dikembangkan pada anak agar intelektualnya berkembang dengan baik. Anak yang memiliki kebebasan untuk berpendapat, tanpa disertai perasaan takut atau cemas dapat merangsang berkembangnya kreativitas dan pola pikir. Mereka bebas memilih cara (metode) tertentu dalam memecahkan persoalan. Hal ini mempunyai sumbangan yang berarti dalam perkembangan intelektual.
6.      Gizi
          Kuat atau lemahnya fungsi intelektual juga ditentukan oleh gizi yang memberikan energi / tenaga bagi anak sehingga dapat tumbuh dan berkembang dengan baik. Kebutuhan akan makanan bernilai gizi tinggi (gizi berimbang) terutama yang besar pengaruhnya pada perkembangan intelegensi ialah pada fase prenatal (anak dalam kandungan) hingga usia balita, sedangkan usia diatas lima tahun pengaruhnya tidak signifikan lagi.
Profesi guru adalah profesi intelektual yang mencakup mengajar, melatih, membimbing, membaca, meneliti, dan menulis. Kemampuan intelektual yang dilmiliki oleh seorang menunjukkan tingkat kecerdasan seseorang sehingga ia akan lebih mudah dalam menyelesaikan permasalahan selama bekerja,lebih cepat mengembangkan kemempuan diri dan akhirnya mampu melaksanakan tugasnya dengan baik sehingga dengan kemampuan intelektualnya seorang guru akan dapat meningkatkan kualitas pembelajaran.

C.     Pengetian Guru sebagai Seniman
Menurut Thompson Pendidikan adalah pengaruh lingkungan terhadap individu untuk menghasilkan perubahan-perubahan yang tetap dalam kebiasaan perilaku, pikiran dan sifatnya. Menurut Prof. Richey dalam bukunya ‘Planning for teaching, an Introduction to Education’ menjelaskan Istilah ‘Pendidikan’ berkenaan dengan fungsi yang luas dari pemeliharaan dan perbaikan kehidupan suatu masyarakat terutama membawa warga masyarakat yang baru (generasi baru) bagi penuaian kewajiban dan tanggung jawabnya di dalam masyarakat. Menurut Frederick J. Mc Donald mendefinisikan pendidikan merupakan suatu proses atau kegiatan yang diarahkan untuk merubah tabiat. Melihat hal itu bukankah berarti guru adalah seniman ? Memang, bila dilihat secara harfiah Seniman adalah istilah yang merujuk kepada seseorang yang kreatif, atau inovatif, atau mahir dalam bidang seni.Untuk menjadi guru yang benar, dibutuhkan keterampilan dan seni tingkat tinggi untuk mewujudkannya. Seperti yang dikatakan John Steinback penerima nobel bidang kesusastraan tahun 1962 : “Saya percaya bahwa guru terhebat adalah seniman terhebat dan saya percaya hanya sedikit sekali seniman yang hebat. Mengajar mungkin adalah seni terhebat karena medianya adalah jiwa dan akal manusia. Guru adalah seniman sejati, seniman yang mengapresiasikan karyanya bukan hanya untuk kepuasan pribadinya namun juga untuk kepuasan dan keberhasilan anak didiknya. Guru sebagai seniman sejati adalah yang melakukan tugasnya dengan hati, penuh kehati hatian dan dengan sepenuh hati namun tidak menjadikannya makan hati dan hasilmya pasti akan berkenan di hati. Dan penggunaan yang paling kerap adalah untuk menyebut orang-orang yang menciptakan karya seni, seperti lukisan, patung, seni peran, seni tari, sastra, film dan musik. Lalu mengapa guru dikatakan sebagai seorang seniman ? karena ia tidak hanya sebagai seorang yang mengajar dan mendidik. Ia menciptakan sebuah karya. Bedanya karyanya diciptakan bukan di benda pasif medianya adalah jiwa & akal manusia. Yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam kebiasaan perilaku, pikiran dan sifat peserta didik. Profesi guru tidak hanya tentang keahlian dan cara bagaimana dia mengajar. Mengajar bukan sekedar mengajar agar seorang murid paham. Profesi guru merupakan profesi khusus sehingga pendidikan yang diperolehnya pun berisi materi pembelajaran yang khusus pula. Pelajaran yang diterima berbeda jauh dengan pelajaran anak SMA. Ada pelajaran Psikologi Pendidikan, Psikologi Anak, Ilmu Pendidikan, Materi dan Metode Penilaian untuk semua pelajaran umum di SD, Simulasi Mengajar, Kurikulum, dan lain-lain Mengajar bukan sekedar mengajar agar seorang murid paham. Guru perlu menggunakan imajinasi dan bakatnya untuk menciptakan suatu sistem pembelajaran yang menarik dan interaktif guna menciptakan suasana belajar yang nyaman dan kondusif. Melihat hal itu betapa keahlian mengajar itu haruslah melibatkan keahlian tingkat tinggi? Karena anak-anak memiliki sikap apa adanya, jika penyampaian materi tidak menarik, mereka spontan akan ribut, mainan, bergurau, dan aktivitas lain yang jelas menunjukkan bahwa mereka tidak tertarik. Belum lagi menghadapi anak-anak yang hiperaktif, yang tidak dapat diam untuk beberapa waktu yang lama. Seorang yang bergelut di bidang seni, selalu mampu menjadi magnet bagi orang lain. Selain kemampuannya, seorang yang biasa disebut seniman ini seolah dapat membius banyak orang melalui pemikiran, kreatifitas, hasil karya, suaranya atau bahkan kehidupannya sekalipun. Memang, seniman yang kita tau dikehidupan sehari-hari adalah seorang yang menciptakan sebuah karya. Karya dari sebuah tanah liat misalnya atau kertas putih yang pada mulanya tidak bergambar, tetapi kemudian menjadi sebuah lukisan yang menarik setelah mendapat sentuhan tangan seniman. Nah, seorang guru pun juga begitu, ingatkah saat kita Taman Kanak-kanak guru membantu cara artikulasi atau ekspresi pikiran kita saat membaca sebuah kalimat atau ingatkah saat kita akan menampilkan sebuah pertunjukkan di panggung. Gurulah yang sibuk berperan sebagai seniman berinisiatif menciptakan gerakan serta melatih kita agar bisa tampil maksimal. Lalu bila kita menganggap diri kita tidak bisa melakukaknya gurulah yang memberi motivasi kita agar kita tidak pantang menyerah dan meyakinkan kita bahwa kita pasti bisa melakukannya. Inilah karya guru yang diukir di anak-anak didik. Bedanya dengan seniman-seniman yang kita ketahui adalah obyek guru adalah manusia yang mempunyai akal dan pikiran sedangkan tanah liat atau kertas putih adalah obyek pasif. Seorang guru haruslah seorang yang hampir menguasai semua jenis kemampuan. Seorang yang bergelut di bidang seni, selalu mampu menjadi magnet bagi orang lain. Selain kemampuannya, seorang yang biasa disebut seniman ini seolah dapat membius banyak orang melalui pemikiran, kreatifitas, hasil karya, suaranya atau bahkan kehidupannya sekalipun. Begitu pula dengan seorang guru yang harus menjadi pelawak yang mampu menjadi seorang penghibur di kelas. Guru yang seniman bisa membuka detik-detik awal pelajaran dengan kegiatan yang segar dan menyenangkan. Guru bisa mengawali pelajaran dengan cerita lucu, cerita yang memiliki unsur motivasi atau permainan ringan yang membuat siswa tersenyum bahkan tertawa. Guru juga harus memiliki banyak cara dalam memecahkah kebekuan dan kejenuhan siswa dalam mengikuti proses belajar. Dengan hal itu mereka akan dengan mudah mengikuti pelajaran. Guru juga diharuskan mempunyai kemampuan mentransfer pengetahuan dengan cara kreatif agar dipahami oleh setiap anak didik yang mendengarkannya dan mau terlibat aktif di dalam proses pembelajaran. Guru merupakan motivator handal. Guru tidak hanya hanya bisa mengajar, namun juga harus bisa menjadi sumber inspirasi buat siswanya, dan ini bukanlah hal yang mudah untuk dilakukan, namun bukan tidak mungkin untuk dilaksanakan. Tidak sekedar berusaha mencetak murid-murid naik kelas dengan standar angka-angka tertentu, namun ia mampu membekali murid-muridnya dengan inspirasi serta motivasi yang tak pernah mati. Contohnya jika sang murid terpaksa tak mampu melanjutkan sekolah guru memberikan motivasi dan saran untuk mengatasi masalah yang dihadapinya. Atau apabila sang siswa gagal memenuhi standar nilai yang ditetapkan, guru mendorong anak didik agar bergairah dan aktif belajar, guru menganalisis motif-motif yang melatar belakangi anak didik malas belajar dan menurunkan prestasinya disekolah. Sehingga inspirasi itu tetap hidup dalam diri si murid, Guru adalah seniman tingkat tinggi karena sang anak didik bukanlah figuratif dan sekadar gambaran semata (bandingkan tanah liat atau kertas putih yang harus butuh sentuhan sang seniman). Implikasinya pada mengajar, maka mengajar berarti menciptakan kondisi kondusif, bentuk partisipatif guru dalam proses membentuk pengetahuan siswa, proses memfasilitasi proses belajar siswa, artikulasikan pengetahuan, merangsang aktivitas berpikir siswa, sehingga membantu siswa berpikir konstruktif. Strateginya adalah dengan memberi orientasi (arah dan motivasi), elistasi (artikulasi apa yang siswa mengerti), restrukturisasi ide (apa yang dipelajari dibentuk pengertian kembali), aplikabilitas (terapkan ide dalam banyak situasi), dan review (meringkas gagasan yang berkembang dan berubah). Guru bak seorang pesulap yang membuat peserta didik dari yang tidak tahu menjadi tahu, dari yang sedikit tahu menjadi makin tahu, dan dari sudah tahu menuju lebih mengetahui lagi tentang pelajaran. Guru adalah pesulap yang dapat merubah anak-anak kecil pada masa lalu menjadi pemimpin masa kini, dan merubah anak kecil masa kini menjadi pemimpin di masa depan. Melihat penjelasan diatas. Sangat sesuia dengan peran guru secara psikologis yang merupakan seniman dalam hubungan antar manusia (artist in human relations), yaitu guru adalah orang yang memiliki kemampuan menciptakan suasana hubungan antar manusia, khususnya dengan para peserta didik sehingga dapat mencapai tujuan pendidikan. Nah atas dasar itulah layak bila guru dikatakan seniman serba bisa. 
Guru adalah seniman, karena dalam mengajar membutuhkan cara yang unik dan menarik untuk siswa. Detik-detik pertama saat awal mengajar akan menentukan satu jam pelajaran selanjutnya. Fakta menarik untuk kita bahwa masing-masing dari kita cenderung memiliki ingatan yang lebih terhadap aktivitas psikomotor dari pada kognitif. Itu artinya hal yang melibatkan gerak fisik akan lebih melekat. Maka guru sebagai seniman bisa menerapkan fakta tersebut. Guru yang seniman bisa membuka detik-detik awal pelajaran dengan kegiatan yang segar dan menyenangkan. Guru bisa mengawali pelajaran dengan cerita lucu, cerita yang memiliki unsure motivasi atau permainan ringan yang membuat siswa tersenyum bahkan tertawa. Ketika awal pelajaran siswa sudah mendapatkan keceriaan maka mereka akan dengan mudah mengikuti pelajaran.
Selain seni dalam mengawali pelajaran, seni dalam menyampaikan materi juga perlu diperhatikan. penggunaan peraga akan lebih berkesan untuk siswa. Selain itu adanya gambar dan cerita pengalaman mengenai tema pelajaran akan lebih menancap dalam ingatan siswa.
D.    Faktor-faktor Guru Sebagai Seorang Seniman
     Guru akan berusaha sebaik mungkin untuk menciptakan suatu pembelajaran agar dapat menarik minat muridnya untuk belajar. Kegiatan itu dimulai dari merancang pembelajaran atau disain pembelajaran. Melaksanakan hasil rancangan dan berakhir pada kegiatan penilaian.
     Yang dirancang guru adalah tujuan yang hendak dicapai, materi pelajaran, strategi dan metode pembelajaran. Kemudian merumuskan bagaimana bentuk penilaian terhadap kegiatan pembelajaran. Itu semua adalah rancangan administratif
     Tidak cukup sampai disana. Rancangan itu belum berarti apa-apa tanpa didukung faktor non teknis lainnya. Yang admin maksud adalah penampilan guru ketika berada di depan siswa dalam melaksanakan semua rancangan yang telah didisain. Guru bukanlah sebagai robot pintar ketika berada di depan kelas.
     Bagaimanapun, ketika guru mulai berdiri di depan kelas maka ketika itu pula sekian pasang mata mengamati dan memperhatikan performa guru. Mulai dari puncak kepala sampai sepatu. Jika ada yang janggal dengan penampilan guru maka menurunlah perhatian siswa untuk mengikuti pelajaran dengan ikhlas. Berikut ini adalah beberapa poin penentu penampilan guru di depan kelas:
1.      Nada dan intonasi suara
            Kita dapat bayangkan jika suara guru terlalu lembut ketika menerangkan pelajaran. Suaranya sayup-sayup sampai ke bagian belakang ruang kelas. Jika kapasitas murid sangat padat, suasana belajar cenderung tidak kondusif.
Selain itu intonasi suara juga berpengaruh. Intonasi suara monoton, akan membuat siswa gerah. Jadi, seni pada intonasi dan nada suara  akan berpengaruh terhadap pembelajaran.



2.      Cara dan gaya guru berbicara
            Ini menjadi faktor penting dalam melaksanakan pembelajaran. Apakah cara guru berbicara terkesan ketus atau bersahabat. Apakah gaya guru berbicara tergambar sikap otoritas dan berkuasa atau demokratis dan toleransi.
3.      Antusiasme guru saat mengajar
            Dapat juga dibayangkan bagaimana kalau wajah guru terlihat muram, lesu tidak bersemangat. Atau terkesan angker dan menakutkan. Sebaliknya, antusiasme guru akan terlihat dari air muka yang cerah, ceria dan penuh semangat.
4.      Humoris
            Umumnya siswa suka pada guru yang punya sense of humour. Pembelajaran akan berjalan dalam suasana menggairahkan meskipun kadang-kadang materi pelajaran terasa agak sulit.






















BAB III
PENUTUP
A.    Simpulan
Seorang guru harus memiliki intelejensi yang tinggisebagai salah satu syarat utama untuk menjadi seorang pengajar yang professional dan bisa mencetak anak-anak didik bagi generasi bangsa yang sangat dibutuhkan perannya untuk mengembangkan bangsa Indonesia menjadi lebih maju lagi dan dapat bersaing dengan bangsa-bangsa lain. Karena Kemampuan intelektual yang dilmiliki oleh seorang menunjukkan tingkat kecerdasan seseorang sehingga ia akan lebih mudah dalam menyelesaikan permasalahan selama bekerja, lebih cepat mengembangkan kemempuan diri dan akhirnya mampu melaksanakan tugasnya dengan baik sehingga dengan kemampuan intelektualnya seorang guru akan dapat meningkatkan kualitas pembelajaran.
Intelegensi menjadi salah satu kemampuan yang harus dimiliki dalam pengembangan diri seseorang, karena intelegensi meliputi kemampuan untuk berfikir abstrak, dimana dari sanalah seorang juga bisa mengembangkan kepribadianya.
Guru perlu menggunakan imajinasi dan bakatnya untuk menciptakan suatu sistem pembelajaran yang menarik dan interaktif guna menciptakan suasana belajar yang nyaman dan kondusif. Melihat hal itu betapa keahlian mengajar itu haruslah melibatkan keahlian tingkat tinggi? Karena anak-anak memiliki sikap apa adanya, jika penyampaian materi tidak menarik, mereka spontan akan ribut, mainan, bergurau, dan aktivitas lain yang jelas menunjukkan bahwa mereka tidak tertarik. Belum lagi menghadapi anak-anak yang hiperaktif, yang tidak dapat diam untuk beberapa waktu yang lama. Seorang yang bergelut di bidang seni, selalu mampu menjadi magnet bagi orang lain. Selain kemampuannya, seorang yang biasa disebut seniman ini seolah dapat membius banyak orang melalui pemikiran, kreatifitas, hasil karya, suaranya atau bahkan kehidupannya sekalipun.








DAFTAR PUSTAKA

Dimyati dan Mudjiono. 2009. Belajar dan pembelajaran. Jakarta : Rineka Cipta.
Hartina Sitti.2010.Pengembangan Peserta Didik. Bandung : PT Refika Aditam
Yusuf Syamsu dan Sugandi M Nani. 2011.Perkembngan Peserta Didik. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada

Nurdin, Muhammmad. 2010. Kiat Menjadi Guru Profesional. Yogyakarta: AR. Ruzz Media Group