TUGAS LANDASAN PROFESI PENDIDIKAN
PERAN GURU SEBAGAI INTELEKTUAL
DAN SENIMAN
DI SUSUN OLEH
:
1.
Maya Astika S. (13141089)
2.
Joko Nopi T. (13141086)
3.
Desita Dewi W. (13141093)
4.
Bima Hindiarso (13141115)
PROGRAM
STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS
ILMU PENDIDIKAN
IKIP
PGRI MADIUN
KATA PENGANTAR
Kami
panjatkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah yang berjudul “PERAN GURU SEBAGAI INTELEKTUAL DAN SENIMAN“ ini dapat terselsesaikan dengan baik .
Kami
menyampaikan banyak terimakasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam
pelaksanaan percobaan ini. Ucapan terimakasih ditunjukkan kepada :
1.
Drs.
Ibnu Mahmudi, M.Pd. selaku Dosen Profesi Pendidikan
kami yang telah memberikan saran dalam menentukan dan menyelesaikan makalah ini.
2.
Orang tua kami yang
telah memberikan dukungan moral , motivasi,dan dukungan sarana dan prasarana
agar dapat terselesainya laporan makalah
ini dengan baik.
3.
Teman-teman yang tidak dapat sebutkan satu per satu yang
telah memberikan dorongan dan bantuan selama pembuatan dan kebersamaan yang indah.
Kami
menyadari bahwa dalam pembuatan makalah
ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu kami selaku penulis
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan
makalah ini. Jika ada kesalahan dalam
makalah , kami mengucapkan maaf yang sebesar-besarnya dan semoga dijadikan
maklum.
Madiun,5 Nopember 2015
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman Judul.............................................................................................. i
Kata Pengantar ............................................................................................. ii
Daftar Isi ...................................................................................................... iii
BAB I........ PENDAHULUAN .....................................................................
A. . Latar
Belakang Masalah ..................................................... 1
B. .. Perumusan
Masalah ........................................................... 2
C. .. Tujuan
............................................................................... 2
BAB II....... PEMBAHASAN ........................................................................
A. . Pengertian
Intelektual.......................................................... 3
B. .. Faktor-faktor
yang mempengaruhi Intelektual seseorang.... 5
C. .. Pengertian Guru
Sebagai Seniman....................................... 7
D... Faktor-faktor
Peran Guru Sebagai Seniman........................ 11
BAB III ..... PENUTUP .................................................................................
A. . Simpulan
............................................................................ 13
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................... 14
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pembahasan
mengenai guru selalu menarik, karena ia adalah
kunci pendidikan. Artinya, jika guru sukses, maka kemungkinan besar
murid-muridnya akan sukses. Guru adalah figur inspirator dan
motivator murid dalam mengukir masa depannya. Jika guru mampu menjadi sumber
inspirasi dan motivasi bagi anak didiknya, maka hal itu akan menjadi kekuatan
anak didik dalam mengejar cita-cita besarnya di masa depan.
Dalam
hal ini, guru adalah aktor utama di samping orang tua dan elemen lainnya
kesuksesan pendidikan yang dicanangkan. Tanpa keterlibatan aktif guru,
pendidikan kosong dari materi, esensi, dan substansi. Secanggih apapun sebuah
kurikulum, visi misi, dan kekuatan financial, sepanjang gurunya pasif dan
stagnan, maka kualitas lembaga pendidikan akan merosot tajam. Sebaliknya,
selemah dan sejelek apa pun sebuah kurikulum, visi misi,dan kekuatan financial,
jika gurunya inovatif, progresif, dan produktif, maka kualitas lembaga
pendidikan akan maju pesat. Lebih-lebih jika sistem yang baik ditunjang dengan
kualitas guru yang inovatif, maka kualitas lembaga pendidikan semakin dahsyat.
Guru
memiliki peranan, tugas dan tanggungjawab terhadap peserta didiknya. Peran guru tidak akan bisa digantikan sekalipun dengan mesin
canggih. Karena tugas guru menyangkut pembinaan sifat mental manusia yang
menyangkut aspek-aspek yang bersifat manusiawi yang unik dalam arti berbeda
satu dengan yang lainnya
Proses belajar mengajar di sekolah bersifat sangat
kompleks, karena di dalamnya terdapat aspek pedagogis, psikologis, dan
didaktis. Aspek pedagogis merujuk pada kenyataan bahwa belajar mengajar di
sekolah terutama di sekolah dasar berlangsung dalam lingkungan pendidikan
dimana guru harus mendampingi siswa dalam perkembangannya menuju kedewasaan,
melalui proses belajar mengajar di dalam kelas. Aspek psikologis merujuk pada
kenyataan bahwa siswa yang belajar di sekolah memiliki kondisi fisik dan
psikologis yang berbeda-beda. Selain itu, aspek psikologis merujuk pada
kenyataan bahwa proses belajar itu sendiri sangat bervariasi, misainya: ada
belajar materi yang mengandung aspek hafalan, ada belajar keterampilan motorik,
ada belajar konsep, ada belajar sikap dan seterusnya. Adanya kemajemukan ini
menyebabkan cara siswa belajar harus berbeda-beda pula, sesuai dengan jenis
belajar yang sedang berlangsung. Aspek didaktis merujuk pada. pengaturan
belajar siswa oleh tenaga. pengajar. Dalam hal inipun, ada. berbagai prosedur
didaktis. Berbagai cara mengelompokkan, dan beraneka macam media pengajaran.
Guru harus menentukan metode yang paling efektif untuk proses belajar mengajar
tertentu sesuai dengan tujuan instruksional. yang harus dicapai. Demikian pula
dengan kondisi eksternal belajar yang harus diciptakan oleh pengajar, sangat
bervariasi.
Dilihat
dari sisi ini, terlihat betapa pentingnya kedudukan guru dalam proses belajar
mengajar. Prestasi anak didik dipengaruhi oleh banyak faktor, namun yang paling
menentukan adalah faktor guru (Acc Suryadi, Hartilaar, 1993).
Dalam
hal ini guru sangat berperan dalam menentukan cara yang dianggap efektif untuk
membelajarkan siswa, baik di sekolah maupun di luar jam sekolah, misalnya
dengan memberikan pekerjaan rumah. Ketidak pedulian guru terhadap pembelajaran
siswa akan membawa kernerosotan bagi perkembangan siswa. Guru yang sering
memberikan latihan-latihan dalam rangka pemahaman materi akan menghasilkan
siswa yang lebih baik bila dibandingkan dengan guru yang hanya sekedar
menjelaskan dan tidak memberi tindak lanjut secara kontinu. Dengan kata lain,
prestasi belajar siswa sangat ditentukan oleh cara mengajar guru yang akan
menciptakan kebiasaan belajar pada. siswa. Cara atau kebiasaan belajar banyak
diartikan sebagai bentuk belajar atau tipe belajar. Esensi istilah tersebut
adalah suatu perbuatan belajar, yaitu tingkah laku individu-individu pada
proses belajar. Kebiasaan merupakan suatu cara bertindak yang telah dikuasai
yang bersifat tahan uji (persistent) (Witherington, 1986, hal. 13). Kebiasaan
biasanya tejadi tanpa disertai kesadaran pada pihak yang memiliki kebiasaan itu
B.
Rumusan
Masalah
Berdasarkan latar belakang di
atas maka penulis merumuskan masalah mengenai kajian pancasila dari berbagai
sudut pandang yaitu bagaimana peranan guru sebagai Intelektual dan Seniman ...?
C.
Tujuan
Adapun tujuan
penulisan makalah ini yaitu untuk mengetahui bagaimana peranan guru sebagai
seorang intelektual dan Seniman.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Intelektual
Istilah
intelek menurut Chaplin (1981) berasal dari kata intelek (bahasa inggris) yang
berarti: ”Proses kognitif berfikir, daya menghubungkan serta kemampuan menilai
dan mempertimbangkan dan kemampuan mental atau intelegensi”
(Soeparwoto,2005:81).
Menurut Wiliam Stem, Intelegensi adalah
kesanggupan untuk menyesuaikan diri kepada kebutuhan baru, dengan menggunakan
alat-alat berfikir yang sesuai dengan tujuan (Purwanto, 2003:52)
Wechler merumuskan intelegensi sebagai
keseluruhan kemempuan individu untuk berfikir dan bertindak secara terarah
serta kemampuan mengelola dan menguasai lingkungan secara efektif (suharto
& hartono,1991: 100)
Menurut Robbins (2001 : 46) kemampuan
intelektual adalah kemampuan mental,sedangkan Tilaar (2002 : 338), kemampuan
intelektual guru adalah berbagai perangkat pengetahuan yang ada dalam diri
individu yang diperlukan untuk menunjang berbagai aspek kinerja sebagai guru.
Berkaitan dengan uraian diatas maka dapat
disimpulkan bahwa kemampuan intelektual adalah kapasitas umum dari kesadaran
individu untuk berfikir, menyesuaikan diri, memecahkan masalah yang dihadapi
secara bijaksana, cepat dan tepat baik yang dialami diri sendiri maupun
dilingkungan.
Rubbins (2001 : 46) ,menyebutkan dimensi
yang membentuk kemampuan intelektual ini terdiri dari 7 dimensi yaitu :
1.
Kelahiran
berhitung adalah kemampuan untuk berhitung dengan cepat dan tepat.
2.
Pemahaman
verbal adalah kemampuan memahami apa yang dibaca atau didengar serta hubungan
kata satu dengan yang lainnya.
3.
Kecepatan
konseptual adalah kemampuan mengenali kemiripan dan beda visual dengan cepat
dan tepat
4.
Penalaran
Induktif adalah kemampuan mengenali suatu urutan logis dalam suatu masalah dan
kemudian memecahkan masalah itu.
5.
Penalaran
deduktif adalah kemampuan menggunakan logika dan menilai implikasi dari suatu
argument
6.
Visualisai
ruang adalah kemampuan membayangkan bagaimana suatu obyek akan tampakseandainya
posisinya dalam ruang diubah
7.
Ingatan
(memori) adalah kemampuan mendalam dan mengenang kemabali pengalaman masa lalu.
Seorang guru merupakan profesi
intektual,menurut purwanto (2003:54) suatu perbuatan dapat dianggap intelijen
bila memenuhi beberapa syarat diantara lain:
1.
Masalah
yang dihadapi banyak sedikitnya merupakan masalah yang baru bagi yang
bersangkutan
2.
Perbuatan
intelijen sifatnya serasi dan ekonomis
3.
Masalah
yang dihadapi harus mengandung suatu tingkat kesulitan bagi yang bersangkutan
4.
Keterangan
pemecahan harus dapat diterima oleh masyarakat
5.
Dalam
berbuat intelijen sering kali menggunakan daya mengabstraksi
6.
Merupakan
intelijen bercirikan kecepatan
7.
Membutuhkan
pemusatan perhatian
Menurut
Suparno (2003:75), sikap yang dikembangkan oleh seorang yang intelektual:
1.
Terus
belajar
2.
Berfikir
rasional
3.
Mengembangkan
angn-angan
4.
Aktif
mencari
5.
Berani
bertindak dan bertanggung jawab
6.
Sikap
reflektif
7.
Pembela
kebenaran dan keadilan
Guru
sebagai seorang intelektual juga harus mengembangkan sikap tersebut antara
lain:
1.
Terus
belajar, yaitu seorang guru harus terus belajar, terus mengembangkan bidang
keahliannya, karena pengetahuan selalu berkembang. guru yang tidak
mengembangkan pengetahuannya akan cenderung kolot dan otoriter dalam mengajar
seakan-akan dialah yang benar dan tidak memberikan ruang pada siswanya untuk
berfikir secara alternative.
2.
Berfikir
rasional, kritis dan bebas yaitu guru diharapkan dapat mengembangkan pemikiran
yang rasional, kritis dan bebas. Rasional artinya guru dapat mengembangkan
pemikiran yang berdasarkan emosi atau asal menang. Dia dapat berdiskusi, secara
terbuka dengan siswa atau guru lain, tanpa takut kalah ataupun direndahkan.
Berfikir kritis artinya seorang guru dalam mendalami, menghadapi sesuatu hal
tidak hanya asal menerima saja, tetapi harus bertanya apakah hal itu benar
demikian, atau ada yang tidak benar atau masih dapat dikembangkan dan bebas
artinya guru bebas untuk berfikir dan mengembangkan pikirannya. Dengan mengembangkan
kebebasan berfikir diharapkan guru dapat lebih kreatif dan mengembangkan inovsi
baru dalam proses pendidikan.
3.
Mengembangkan
angan-angan (cita-cita), kadang-kadang guru yang tidak kreatif dalam proses
pembelajaran karena mereka tidak punya angan-angan tentang pembelajaran yang
baik dan ideal. Pikirannya selalu tertutup, kurang dibiarkan lepas bebas bahkan
mungkin untuk memikirkan yang aneh.
4.
Aktif
mencari,kreatif dan inisiatif artinya,seorang guru dalam mengembangkan
pembelajaran harus selalu mencari yang terbaik bagi siswa yang diajarkan.
Disinilah guru dituntut punyaa inisiatif kreatifitas dan keaktifan
mencari,melihat,dan mengambil tindakan apa yang paling pas untuk siswa
dikelasnya.
5.
Berani
bertindak dan bertanggung jawab,artinya guru bukan seorang yang asal
menjalankan perintah atau aturan,tetapi seorang yang melihat situasinya dan
bertindak sesuai dengan situasi yang ada.
6.
Sikap
reflektif artinya sikap untuk selalu bertanya dan melihat kembali apa yang
telah diperbuat dan akan diperbuatnya
7.
Membela
kebenaran yaitu seoarang guru dapat menjadi tongak kebenaran,menjadi pembela
kebenaran.Dia dapat menjadi suara hati masyarakat,dimana dapat melihat itu baik
atau tidak,benar atau tidak,adil atau tidak dan melanggar suara hati atau
tidakDari uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa dalam penelitian ini
kemampuan dasar yang dimiliki oleh seseorang dan digunakan untuk memecahkan
permasalahan baik yang dialami diri sendiri maupun dilingkungan . sehingga
dengan berfikir secara rasional ini seorang guru akan mampu untyuk bertindak
secara terarah dan menghadapi lingkungannya secara efektif.
B. Faktor-faktor yang mempengaruhi Intelektual Seseorang.
Faktor-faktor yang mempengaruhi intelektual menurut
purwanto (2003 : 57) faktor-faktor yang mempengaruhi intelektual seseorang :
1.
Pembawaan
Banyak teori dan hasil penelitian menyatakan bahwa
kapasitas intelegensi dipengaruhi oleh gen orang tua. Namun, yang cenderung
mempengaruhi tinggi atau rendahnya tingkat kecerdasan anak tergantung factor
gen mana (ayah atau ibu) yang dominant mempengaruhinya pada saat terjadinya
“konsepsi” individu.
Pembawaan ditentukan oleh sifat-sifat dan
cirri-ciri yang dibawa sejak lahir . batas-batas kesanggupan kita yakni dapat
tidaknya memecahkan suatu soal pertama-pertama ditentukan oleh pembawaan kita.
Orang itu ada yang pintar dan ada yang bodoh. Meskipun menerima latihan dan
pelajaran yang sama, perbedaan–perbedaan itu masih tetap ada.
Teori konvergensi mengemukakan bahwa anak yang
lahir telah mempunyai potensi bawaan, tetapi potensi tersebut tidak dapat
berkembang dengan baik tanpa mendapat pendidikan dan latihan atau sentuhan dari
lingkungan.
2.
Kematangan
Tiap organ dalam tubuh manusia mengalami
pertumbuhan dan perkembangan ,tiap organ (fisik maupun psikis) dapat dilakukan
telah matang jika ia telah mencapai kesanggupan menjalankan fungsinya
masing-masing. Kematangan berhubungan erat dengan umur.
Piaget membuat empat tahapan kematangan dalam
perkembangan intelektual, yaitu :
a.
Periode
sensori motorik (0-2 tahun)
b.
Periode
pra operasional (2-7 tahun)
c.
Periode
operasional konkrit (7-11 tahun)
d.
Periode
operasional formal (11-16 tahun)
Hal
tersebut membuktikan bahwa semakin bertambah usia seseorang, intelektualnya
makin berfungsi dengan sempurna. Ini berarti factor kematangan mempengaruhi
struktur intelektual, sehingga menimbulkan perubahan-perubahan kualitatif dari
fungsi intelektual. Yaitu kemampuan menganalisis (memecahkan suatu permasalahan
yang rumit) dengan baik.
3.
Pembentukan
Pembentukan adalah segala keadaan diluar diri
seseorang yang mempengaruhi perkembangan intelegensi. Dapat kita bedakan
pembentukan sengaja (seperti yang dilakukan sekolah-sekolah) dan pembentukan
tidak sengaja (pengaruh alam sekitar).
Pendidikan dan latihan yang bersifat kognitif dapat
memberikan sumbangan terhadap fungsi intelektual seseorang. Misalnya, orang tua
yang menyediakan fasilitas sarana seperti bahan bacaan majalah anak-anak dan
sarana bermain yang memadai, semua ini dapat membentuk anak menjadi
meningkatkan fungsi dan kualitas pikirannya, pada gilirannya situasi ini akan
meningkatkan perkembangan intelegensi anak dibanding anak seusianya.
4.
Minat
Minat adalah mengarahkan perbuatan kepada suatu
tujuan dan merupakan dorongan bagi perbuatan itu apa yang menarik minat
seseorang untuk menjadi guru mendorongnya untuk berbuat lebih giat dan lebih
baik.
5.
Kebebasan
Psikologis
Kebebasan adalah bahwa manusia itu
dapat memilih metode-metode yang tertentu dalam memecahkan masalah-masalah.
Kebebasan psikologis perlu dikembangkan pada anak
agar intelektualnya berkembang dengan baik. Anak yang memiliki kebebasan untuk
berpendapat, tanpa disertai perasaan takut atau cemas dapat merangsang
berkembangnya kreativitas dan pola pikir. Mereka bebas memilih cara (metode)
tertentu dalam memecahkan persoalan. Hal ini mempunyai sumbangan yang berarti
dalam perkembangan intelektual.
6.
Gizi
Kuat atau lemahnya fungsi intelektual juga
ditentukan oleh gizi yang memberikan energi / tenaga bagi anak sehingga dapat
tumbuh dan berkembang dengan baik. Kebutuhan akan makanan bernilai gizi tinggi (gizi
berimbang) terutama yang besar pengaruhnya pada perkembangan intelegensi ialah
pada fase prenatal (anak dalam kandungan) hingga usia balita, sedangkan usia
diatas lima tahun pengaruhnya tidak signifikan lagi.
Profesi
guru adalah profesi intelektual yang mencakup mengajar, melatih, membimbing,
membaca, meneliti, dan menulis. Kemampuan intelektual yang dilmiliki oleh
seorang menunjukkan tingkat kecerdasan seseorang sehingga ia akan lebih mudah
dalam menyelesaikan permasalahan selama bekerja,lebih cepat mengembangkan
kemempuan diri dan akhirnya mampu melaksanakan tugasnya dengan baik sehingga
dengan kemampuan intelektualnya seorang guru akan dapat meningkatkan kualitas
pembelajaran.
C. Pengetian Guru sebagai Seniman
Menurut Thompson Pendidikan adalah pengaruh
lingkungan terhadap individu untuk menghasilkan perubahan-perubahan yang tetap
dalam kebiasaan perilaku, pikiran dan sifatnya. Menurut Prof. Richey dalam
bukunya ‘Planning for teaching, an Introduction to Education’ menjelaskan
Istilah ‘Pendidikan’ berkenaan dengan fungsi yang luas dari pemeliharaan dan
perbaikan kehidupan suatu masyarakat terutama membawa warga masyarakat yang
baru (generasi baru) bagi penuaian kewajiban dan tanggung jawabnya di dalam
masyarakat. Menurut Frederick J. Mc Donald mendefinisikan pendidikan merupakan
suatu proses atau kegiatan yang diarahkan untuk merubah tabiat. Melihat hal itu
bukankah berarti guru adalah seniman ? Memang, bila dilihat secara harfiah
Seniman adalah istilah yang merujuk kepada seseorang yang kreatif, atau
inovatif, atau mahir dalam bidang seni.Untuk menjadi guru yang benar,
dibutuhkan keterampilan dan seni tingkat tinggi untuk mewujudkannya. Seperti
yang dikatakan John Steinback penerima nobel bidang kesusastraan tahun 1962 :
“Saya percaya bahwa guru terhebat adalah seniman terhebat dan saya percaya
hanya sedikit sekali seniman yang hebat. Mengajar mungkin adalah seni terhebat
karena medianya adalah jiwa dan akal manusia. Guru adalah seniman sejati,
seniman yang mengapresiasikan karyanya bukan hanya untuk kepuasan pribadinya
namun juga untuk kepuasan dan keberhasilan anak didiknya. Guru sebagai seniman
sejati adalah yang melakukan tugasnya dengan hati, penuh kehati hatian dan
dengan sepenuh hati namun tidak menjadikannya makan hati dan hasilmya pasti
akan berkenan di hati. Dan penggunaan yang paling kerap adalah untuk menyebut
orang-orang yang menciptakan karya seni, seperti lukisan, patung, seni peran,
seni tari, sastra, film dan musik. Lalu mengapa guru dikatakan sebagai seorang
seniman ? karena ia tidak hanya sebagai seorang yang mengajar dan mendidik. Ia
menciptakan sebuah karya. Bedanya karyanya diciptakan bukan di benda pasif
medianya adalah jiwa & akal manusia. Yang menghasilkan perubahan-perubahan
dalam kebiasaan perilaku, pikiran dan sifat peserta didik. Profesi guru tidak
hanya tentang keahlian dan cara bagaimana dia mengajar. Mengajar bukan sekedar
mengajar agar seorang murid paham. Profesi guru merupakan profesi khusus
sehingga pendidikan yang diperolehnya pun berisi materi pembelajaran yang
khusus pula. Pelajaran yang diterima berbeda jauh dengan pelajaran anak SMA.
Ada pelajaran Psikologi Pendidikan, Psikologi Anak, Ilmu Pendidikan, Materi dan
Metode Penilaian untuk semua pelajaran umum di SD, Simulasi Mengajar,
Kurikulum, dan lain-lain Mengajar bukan sekedar mengajar agar seorang murid
paham. Guru perlu menggunakan imajinasi dan bakatnya untuk menciptakan suatu
sistem pembelajaran yang menarik dan interaktif guna menciptakan suasana
belajar yang nyaman dan kondusif. Melihat hal itu betapa keahlian mengajar itu
haruslah melibatkan keahlian tingkat tinggi? Karena anak-anak memiliki sikap
apa adanya, jika penyampaian materi tidak menarik, mereka spontan akan ribut,
mainan, bergurau, dan aktivitas lain yang jelas menunjukkan bahwa mereka tidak
tertarik. Belum lagi menghadapi anak-anak yang hiperaktif, yang tidak dapat
diam untuk beberapa waktu yang lama. Seorang yang bergelut di bidang seni,
selalu mampu menjadi magnet bagi orang lain. Selain kemampuannya, seorang yang
biasa disebut seniman ini seolah dapat membius banyak orang melalui pemikiran,
kreatifitas, hasil karya, suaranya atau bahkan kehidupannya sekalipun. Memang,
seniman yang kita tau dikehidupan sehari-hari adalah seorang yang menciptakan
sebuah karya. Karya dari sebuah tanah liat misalnya atau kertas putih yang pada
mulanya tidak bergambar, tetapi kemudian menjadi sebuah lukisan yang menarik
setelah mendapat sentuhan tangan seniman. Nah, seorang guru pun juga begitu,
ingatkah saat kita Taman Kanak-kanak guru membantu cara artikulasi atau
ekspresi pikiran kita saat membaca sebuah kalimat atau ingatkah saat kita akan
menampilkan sebuah pertunjukkan di panggung. Gurulah yang sibuk berperan
sebagai seniman berinisiatif menciptakan gerakan serta melatih kita agar bisa
tampil maksimal. Lalu bila kita menganggap diri kita tidak bisa melakukaknya
gurulah yang memberi motivasi kita agar kita tidak pantang menyerah dan
meyakinkan kita bahwa kita pasti bisa melakukannya. Inilah karya guru yang
diukir di anak-anak didik. Bedanya dengan seniman-seniman yang kita ketahui
adalah obyek guru adalah manusia yang mempunyai akal dan pikiran sedangkan
tanah liat atau kertas putih adalah obyek pasif. Seorang guru haruslah seorang
yang hampir menguasai semua jenis kemampuan. Seorang yang bergelut di bidang
seni, selalu mampu menjadi magnet bagi orang lain. Selain kemampuannya, seorang
yang biasa disebut seniman ini seolah dapat membius banyak orang melalui
pemikiran, kreatifitas, hasil karya, suaranya atau bahkan kehidupannya sekalipun.
Begitu pula dengan seorang guru yang harus menjadi pelawak yang mampu menjadi
seorang penghibur di kelas. Guru yang seniman bisa membuka detik-detik awal
pelajaran dengan kegiatan yang segar dan menyenangkan. Guru bisa mengawali
pelajaran dengan cerita lucu, cerita yang memiliki unsur motivasi atau
permainan ringan yang membuat siswa tersenyum bahkan tertawa. Guru juga harus
memiliki banyak cara dalam memecahkah kebekuan dan kejenuhan siswa dalam
mengikuti proses belajar. Dengan hal itu mereka akan dengan mudah mengikuti
pelajaran. Guru juga diharuskan mempunyai kemampuan mentransfer pengetahuan
dengan cara kreatif agar dipahami oleh setiap anak didik yang mendengarkannya
dan mau terlibat aktif di dalam proses pembelajaran. Guru merupakan motivator
handal. Guru tidak hanya hanya bisa mengajar, namun juga harus bisa menjadi
sumber inspirasi buat siswanya, dan ini bukanlah hal yang mudah untuk
dilakukan, namun bukan tidak mungkin untuk dilaksanakan. Tidak sekedar berusaha
mencetak murid-murid naik kelas dengan standar angka-angka tertentu, namun ia
mampu membekali murid-muridnya dengan inspirasi serta motivasi yang tak pernah
mati. Contohnya jika sang murid terpaksa tak mampu melanjutkan sekolah guru
memberikan motivasi dan saran untuk mengatasi masalah yang dihadapinya. Atau
apabila sang siswa gagal memenuhi standar nilai yang ditetapkan, guru mendorong
anak didik agar bergairah dan aktif belajar, guru menganalisis motif-motif yang
melatar belakangi anak didik malas belajar dan menurunkan prestasinya disekolah.
Sehingga inspirasi itu tetap hidup dalam diri si murid, Guru adalah seniman
tingkat tinggi karena sang anak didik bukanlah figuratif dan sekadar gambaran
semata (bandingkan tanah liat atau kertas putih yang harus butuh sentuhan sang
seniman). Implikasinya pada mengajar, maka mengajar berarti menciptakan kondisi
kondusif, bentuk partisipatif guru dalam proses membentuk pengetahuan siswa,
proses memfasilitasi proses belajar siswa, artikulasikan pengetahuan,
merangsang aktivitas berpikir siswa, sehingga membantu siswa berpikir
konstruktif. Strateginya adalah dengan memberi orientasi (arah dan motivasi),
elistasi (artikulasi apa yang siswa mengerti), restrukturisasi ide (apa yang
dipelajari dibentuk pengertian kembali), aplikabilitas (terapkan ide dalam banyak
situasi), dan review (meringkas gagasan yang berkembang dan berubah). Guru bak
seorang pesulap yang membuat peserta didik dari yang tidak tahu menjadi tahu,
dari yang sedikit tahu menjadi makin tahu, dan dari sudah tahu menuju lebih
mengetahui lagi tentang pelajaran. Guru adalah pesulap yang dapat merubah
anak-anak kecil pada masa lalu menjadi pemimpin masa kini, dan merubah anak
kecil masa kini menjadi pemimpin di masa depan. Melihat penjelasan diatas.
Sangat sesuia dengan peran guru secara psikologis yang merupakan seniman dalam
hubungan antar manusia (artist in human relations), yaitu guru adalah orang
yang memiliki kemampuan menciptakan suasana hubungan antar manusia, khususnya
dengan para peserta didik sehingga dapat mencapai tujuan pendidikan. Nah atas
dasar itulah layak bila guru dikatakan seniman serba bisa.
Guru adalah seniman, karena dalam mengajar
membutuhkan cara yang unik dan menarik untuk siswa. Detik-detik pertama saat
awal mengajar akan menentukan satu jam pelajaran selanjutnya. Fakta menarik
untuk kita bahwa masing-masing dari kita cenderung memiliki ingatan yang lebih
terhadap aktivitas psikomotor dari pada kognitif. Itu artinya hal yang
melibatkan gerak fisik akan lebih melekat. Maka guru sebagai seniman bisa
menerapkan fakta tersebut. Guru yang seniman bisa membuka detik-detik awal
pelajaran dengan kegiatan yang segar dan menyenangkan. Guru bisa mengawali
pelajaran dengan cerita lucu, cerita yang memiliki unsure motivasi atau
permainan ringan yang membuat siswa tersenyum bahkan tertawa. Ketika awal
pelajaran siswa sudah mendapatkan keceriaan maka mereka akan dengan mudah
mengikuti pelajaran.
Selain seni dalam mengawali pelajaran, seni dalam
menyampaikan materi juga perlu diperhatikan. penggunaan peraga akan lebih
berkesan untuk siswa. Selain itu adanya gambar dan cerita pengalaman mengenai
tema pelajaran akan lebih menancap dalam ingatan siswa.
D. Faktor-faktor Guru Sebagai Seorang Seniman
Guru
akan berusaha sebaik mungkin untuk menciptakan suatu pembelajaran agar dapat
menarik minat muridnya untuk belajar. Kegiatan itu dimulai dari merancang
pembelajaran atau disain pembelajaran. Melaksanakan hasil rancangan dan
berakhir pada kegiatan penilaian.
Yang dirancang
guru adalah tujuan yang hendak dicapai, materi pelajaran, strategi dan metode
pembelajaran. Kemudian merumuskan bagaimana bentuk penilaian terhadap kegiatan
pembelajaran. Itu semua adalah rancangan administratif
Tidak cukup
sampai disana. Rancangan itu belum berarti apa-apa tanpa didukung faktor non
teknis lainnya. Yang admin maksud adalah penampilan guru ketika berada di depan
siswa dalam melaksanakan semua rancangan yang telah didisain. Guru bukanlah
sebagai robot pintar ketika berada di depan kelas.
Bagaimanapun,
ketika guru mulai berdiri di depan kelas maka ketika itu pula sekian pasang
mata mengamati dan memperhatikan performa guru. Mulai dari puncak kepala sampai
sepatu. Jika ada yang janggal dengan penampilan guru maka menurunlah perhatian
siswa untuk mengikuti pelajaran dengan ikhlas. Berikut ini adalah beberapa poin
penentu penampilan guru di depan kelas:
1.
Nada
dan intonasi suara
Kita dapat bayangkan jika suara guru terlalu lembut ketika menerangkan
pelajaran. Suaranya sayup-sayup sampai ke bagian belakang ruang kelas. Jika
kapasitas murid sangat padat, suasana belajar cenderung tidak kondusif.
Selain itu intonasi suara juga
berpengaruh. Intonasi suara monoton, akan membuat siswa gerah. Jadi, seni pada
intonasi dan nada suara akan berpengaruh
terhadap pembelajaran.
2.
Cara
dan gaya guru berbicara
Ini menjadi faktor penting dalam melaksanakan pembelajaran. Apakah cara
guru berbicara terkesan ketus atau bersahabat. Apakah gaya guru berbicara
tergambar sikap otoritas dan berkuasa atau demokratis dan toleransi.
3.
Antusiasme
guru saat mengajar
Dapat juga dibayangkan bagaimana kalau wajah guru terlihat muram, lesu
tidak bersemangat. Atau terkesan angker dan menakutkan. Sebaliknya, antusiasme
guru akan terlihat dari air muka yang cerah, ceria dan penuh semangat.
4.
Humoris
Umumnya siswa suka pada guru yang punya sense of humour. Pembelajaran akan
berjalan dalam suasana menggairahkan meskipun kadang-kadang materi pelajaran
terasa agak sulit.
BAB III
PENUTUP
A.
Simpulan
Seorang guru harus memiliki intelejensi yang
tinggisebagai salah satu syarat utama untuk menjadi seorang pengajar yang
professional dan bisa mencetak anak-anak didik bagi generasi bangsa yang sangat
dibutuhkan perannya untuk mengembangkan bangsa Indonesia menjadi lebih maju
lagi dan dapat bersaing dengan bangsa-bangsa lain. Karena Kemampuan intelektual
yang dilmiliki oleh seorang menunjukkan tingkat kecerdasan seseorang sehingga
ia akan lebih mudah dalam menyelesaikan permasalahan selama bekerja, lebih
cepat mengembangkan kemempuan diri dan akhirnya mampu melaksanakan tugasnya
dengan baik sehingga dengan kemampuan intelektualnya seorang guru akan dapat
meningkatkan kualitas pembelajaran.
Intelegensi menjadi salah satu kemampuan yang harus
dimiliki dalam pengembangan diri seseorang, karena intelegensi meliputi
kemampuan untuk berfikir abstrak, dimana dari sanalah seorang juga bisa
mengembangkan kepribadianya.
Guru perlu menggunakan imajinasi dan bakatnya untuk menciptakan suatu
sistem pembelajaran yang menarik dan interaktif guna menciptakan suasana
belajar yang nyaman dan kondusif. Melihat hal itu betapa keahlian mengajar itu
haruslah melibatkan keahlian tingkat tinggi? Karena anak-anak memiliki sikap
apa adanya, jika penyampaian materi tidak menarik, mereka spontan akan ribut,
mainan, bergurau, dan aktivitas lain yang jelas menunjukkan bahwa mereka tidak
tertarik. Belum lagi menghadapi anak-anak yang hiperaktif, yang tidak dapat
diam untuk beberapa waktu yang lama. Seorang yang bergelut di bidang seni,
selalu mampu menjadi magnet bagi orang lain. Selain kemampuannya, seorang yang
biasa disebut seniman ini seolah dapat membius banyak orang melalui pemikiran,
kreatifitas, hasil karya, suaranya atau bahkan kehidupannya sekalipun.
DAFTAR PUSTAKA
Dimyati dan Mudjiono. 2009. Belajar
dan pembelajaran. Jakarta : Rineka Cipta.
Hartina Sitti.2010.Pengembangan
Peserta Didik. Bandung : PT Refika Aditam
Yusuf
Syamsu dan Sugandi M Nani. 2011.Perkembngan
Peserta Didik. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada
Nurdin,
Muhammmad. 2010. Kiat Menjadi Guru
Profesional. Yogyakarta: AR. Ruzz Media Group